Beberapa menu masakkan Indonesia berikut ini ternyata tidak murni berasal dari Nusantara, melainkan mendapatkan pengaruh yang signifikan dari kebudayaan luar sebagai hasil dari proses akulturasi.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke memiliki beragam kebudayaan pada setiap daerahnya. Pun juga, karena lokasinya yang amat strategis, seringkali menjadi tempat persinggahan tamu dari berbagai negara. Tak jarang, interaksi ini menimbulkan perpaduan budaya, atau yang biasa dikenal sebagai akulturasi. Tak terkecuali pada bidang kuliner. Berikut adalah beberapa menu masakkan Indonesia yang mendapat pengaruh dari budaya lain
Semur
Siapa sangka, hidangan Indonesia yang satu ini ternyata merupakan hasil pengaruh budaya Belanda selaku mantan penjajahnya lho. Dalam bahasa Belanda, hidangan yang satu ini dikenal dengan nama Smoor, yang berarti makanan yang direbus dengan tomat dan bawang secara perlahan. Kita mengenal semur menggunakan daging sapi sebagai kandungan utamanya, namun tahukah kamu, terdapat juga beberapa variasi semur, antara lain semur tahu dan tempe. Beberapa daerah di Indonesia juga bahkan mengganti sapi dengan protein lainnya seperti ikan, atau menambahkan telur ke dalamnya. Beberapa bahan-bahan yang terdapat dalam semur antara lain kentang, kecap manis, bawang merah, bawang bombay, pala, dan cengkeh. Sedangkan, beberapa variasi semur yang ada di Indonesia antara lain: semur betawi, semur daging ala aceh, semur ikan, semur santan maluku, semur terong, dan tahu, semur manado, dan masih banyak lagi.
Martabak
Di Indonesia kita mengenal ada 2 jenis martabak, yaitu martabak asin, yang mana biasanya terbuat dari campuran telur dan daging, dan martabak manis, yang biasanya berisi coklat atau keju. Menariknya, menurut Wikipedia, martabak manis yang selama ini dikenal oleh orang Indonesia tidak termasuk dalam kategori martabak, melainkan merupakan kue terang bulan. (sehingga kita juga mengenal istilah “martabak terang bulan.”)
Dari sisi sejarah dan asal-usul, kedua jenis “martabak” ini juga ternyata cukup berbeda lho foodies! Martabak asin, atau yang sering disebut juga martabak telur, ternyata merupakan sebuah makanan yang berasal dari Arab Saudi, dengan nama asli “murtabak,” yang artinya terlipat. Hidangan ini kemudian masuk ke Indonesia melalui pedagang India yang menikah dengan warga setempat.
Lain halnya dengan martabak manis, atau yang kita kenal dengan nama terang bulan. Bernama asli “Hok Lo Pan,” yang artinya kue keberuntungan, hidangan ini diperkenalkan oleh seorang perantau asal Bangka bernama Hioe Kiew Sem. Karena Hioe berjualan di lokasi yang sama dengan orang yang berjualan martabak asin (telur) yang sudah terlebih dahulu laris, maka ia atas persetujuan pedagang tersebut mengganti nama hidangannya menjadi “martabak” manis.
Bakmie
Siapa tidak kenal hidangan yang satu ini? Berasal dari negeri tirai bambu, hidangan yang satu ini masuk ke Indonesia melalui pedagang-pedagang tiongkok yang singgah ke Asia Tenggara.
Variasi bakmie di Indonesia cukup beragam, antara lain bakmie kuning yang terbuat dari tepung terigu, dan bakmie yang terbuat dari beras, yang dikenal dengan nama kwetiau. Dari sisi kebudayaan tionghoa, bakmi sendiri memiliki makna yang sangat positif. Bentuknya yang panjang melambangkan usia yang panjang, sehingga tidak jarang hidangan yang satu ini disajikkan saat ulang tahun sebagai tanda harapan penikmatnya yang ingin panjang umur. Cara penyajian bakmie pun sangatlah beragam, sebut saja bakmi kuah, bakmi goreng, mi ayam, dan masih banyak lagi.
Lumpia
Masih merupakan hasil akulturasi dengan budaya tionghoa, hidangan yang merupakan jajanan khas semarang ini terkenal akan kulitnya yang renyah, dan beragam isian lezatnya yang siap menggoyang lidah anda. Beberapa isian lumpia yang lazim dijumpai di Indonesia, antara lain rebung, telur, daging, sayuran, atau bahkan seafood.
Cakwe
Kita semua mungkin mengenal hidangan yang satu ini, kita juga mungkin tahu bahwa hidangan yang satu ini berasal dari tiongkok. Namun, yang cukup mengejutkan saya, adalah sejarah dan cerita dibalik hidangan yang satu ini. (Spoiler alert: agak sadis.)
Cakwe dalam bahasa mandarin resmi disebut 油条 (dibaca You Tiao, yang artinya “Batangan” minyak, masuk akal ya, karena cakwe memang berbentuk panjang panjang dan digoreng dengan minyak)
Namun, dalam dialek hokkian, cakwe disebut 油炸鬼 (dibaca You Zha Gui, yang artinya “hantu/setan yang digoreng dengan minyak. Wah, ngeri-ngeri sedep ya guys) Jadi ceritanya, pada zaman dahulu kala di Cina, ada seorang jenderal yang bernama Yue Fei. Yue Fei adalah jendral yang baik dan dicintai rakyatnya. Namun, ia mati karena difitnah oleh seorang pejabat korup bernama Qin Hui dan istrinya. Akibat peristiwa ini, rakyat Cina marah dan sebagai bentuk protes menciptakan cakwe, yang mana berupa dua lembar adonan yang digoreng dalam minyak, melambangkan Qin Hui dan istrinya tersebut.
Apakah kamu termasuk penyuka hidangan-hidangan di atas? Kalau begitu kamu beruntung! Sebab, hidangan-hidangan di atas bisa kamu peroleh dengan mudah di Wayang Bistro. Diolah dengan tangan dingin chef–chef kami yang berpengalaman dan passionate di bidangnya, dijamin rasanya bakal bikin kamu ketagihan! Soal harga? Tenang! Dijamin ramah di kantong kok, apalagi kalau kamu pesan via aplikasi food delivery favoritmu. Udah jangan dibaca terus nanti ngiler, yuk langsung buruan dipesen!
Wayang Bistro: Membawa Cita Rasa Indonesia ke Meja Anda~